- / / : 081284826829

Kreativitas, Kunci Mengatasi Stagnasi Bisnis

Oleh: ARDA DINATA



Pakar Mathematical Financial Planning, Steve Asikin, PhD., mengungkapkan bahwa orang yang punya sikap baik, punya ketrampilan baik, dan pengetahuan baik, diharapkan akan berprestasi baik. Cuma masalahnya, ada orang tertentu yang punya ketekunan di detil. Ada orang tertentu yang tidak detil, tetapi punya kreativitas tinggi. Ada orang tertentu yang bisa memutuskan dan berpikir secara baik. Karena itu ternyata harus dilakukan pemahaman terhadap bakat orang secara keseluruhan.


Berkait dengan itu, ternyata dalam dunia bisnis dan berwirausaha pun, keberadaan unsur kreativitas ini memiliki peranan yang sangat penting. Sehingga ada sebuah ungkapan yang menyebutkan bahwa kreativitas memang menjadi keharusan untuk mengatasi stagnasi bisnis/usaha di tanah air. Hal ini didasarkan atas kondisi keuangan, politik, mengecilnya investasi, ketidak stabilan ekonomi, dll., sehingga memaksa para pembisnis untuk berpikir kreatif dalam mengembangkan bisnisnya.

Beberapa sosok manusia kreatif berikut ini, bisa kita contoh perjalanan hidupnya dalam mengembangkan bisnisnya antara lain: Bob Sadino yang terkenal itu; Purdie E Candra dengan Primagama-nya; Sukyatno Nugroho dengan Es Teler 77; Sosrodjojo dengan Teh Botol Sosro-nya; almarhum Tirto Utomo dengan aqua-nya; atau Haji Masfuk sebagai Bupati Lamongan, Jawa Timur, dengan usaha membangun jiwa entrepreneur pada dinas-dinas di bawah pemerintahannya.

Yang menarik kalau kita cermati lebih jauh, misalnya dari sosok Haji Masfuk ini, dalam sejarah perjalanan waktunya sebelum menjadi seorang bupati, ternyata beliau sudah mencoba menjadi seorang wirausaha. Uniknya, modal awalnya bukan uang, namun tekad dan kreativitas. Dengan berbekal Rp 15 ribu (lima belas ribu rupiah), Masfuk menuju Jepara. Singkat cerita, melalui ‘lobby’ tingkat tinggi, seorang pengusaha Jepara memperbolehkan Masfuk membawa berbagai aksesoris perhiasan. Hal ini, ia jadikan sebagai modal awal berjualan.

Singkat cerita, dengan tekad dan niat tersebut, melalui gerai sederhana di swalayan Sinar, Surabaya, akhirnya menghantarkannya pada tonggak keberhasilan. Sepuluh tahun kemudian (2002), modal Rp 15 ribu berkembang menjadi Rp 15 milyar. Realitasnya, didukung dari berawal berupa perusahaan-perusahaan kecil, sekarang telah memiliki lima perusahaan besar dengan aneka bidang usaha.

Manusia Kreatif

Untuk mewujudkan atau membangun kreativitas dalam jiwa seseorang, tentu dibutuhkan suatu inovasi atau perubahan yang panjang. Menurut Arvan Pradiansyah (2002), segala sesuatu yang ada di dunia ini dapat diubah, kecuali tiga hal. Pertama, adalah perubahan itu sendiri. Kedua, hukum alam. Dan ketiga, adalah kenyataan bahwa manusia itu memiliki pilihan dalam kondisi sesulit apapun.

Pada tataran ini, sehingga proses inovasi kreativitas akan bersentuhan dan dibangun pada dasar maupun ruang yang berkait dengan pemikiran, praktik, inkubasi, evaluasi dan implementasinya dari proses inovasi kreativitas itu sendiri.

Melalui proses inovasi semacam itulah, selanjutnya akan terlahir sosok manusia yang kreatif. Ada beberapa ciri yang dapat memposisikan seseorang itu termasuk dalam golongan manusia kreatif. Ciri-ciri yang menyelimutinya, antara lain adalah ia pintar, tapi tidak harus jenius dan memiliki kemampuan baik/maksimal dalam menjalankan ide-idenya.

Selain itu, ia juga memiliki pandangan positif terhadap diri sendiri, peka terhadap orang lain dan lingkungan di sekitarnya, memiliki inspirasi dan motivasi dari masalah-masalah nyata yang dilihatnya, menghargai kebebasan dan perbedaan pendapat, cenderung kaya akan fantasi dalam hidupnya, orang kreatif ini bersikap fleksibel dan biasanya lebih memberikan arti dari sebuah masalah.

Mengembangkan Kreativitas

Ada hal-hal yang bisa dilakukan oleh kita dalam usaha mengembangkan kreativitas ini, yaitu setiap kita harus dapat belajar mengenal hubungan kausalitas yang terjadi di sekitar kita. Selain itu, kita juga perlu mengembangkan hubungan fungsional secara benar dengan diimbangi melalui maksimalisasi dalam mengembangkan potensi akal. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah kita harus yakin bahwa setiap orang mampu berbuat kreatif. Karena tiap orang itu memiliki keunikan tersendiri yang tidak dimiliki oleh orang lain.

Keberadaan pola-pola tersebut dalam mengembangkan kreativitas itu, sebenarnya akan beriringan dengan pola berpikir lateral. Menurut Edwar de Bono, berpikir lateral akan mengajarkan manusia untuk mencari terobosan cara berpikir guna mendobrak sistem berpikir vertikal (baca: kaidah baku tradisional-pen). Selain itu, berpikir model ini merupakan proses penggunaan informasi untuk menumbuhkan kreativitas dan membangun kembali pemahaman.

Dua kekuatan berupa kreativitas dan berpikir lateral ini, tentu memiliki posisi strategis dalam pengembangan setiap usaha yang kita bangun. Karena kalau bisnis dan usaha kita ingin tetap bertahan (baca: “langgeng”) dalam persaingan yang sehat, maka syaratnya tidak lain adalah harus memiliki daya kreativitas yang tinggi.

Dalam hal ini, bukankah dalam ajaran Islam kita disuruh dalam menyampaikan sesuatu hal itu, hendaknya menggunakan bahasa yang dimengerti oleh kaumnya. Artinya dengan kreativitas dalam berbisnis dan berusaha, maka tujuan kita tersebut akan mudah sampai kepada kalayak sasaran (baca: segmen pasar kita).

Lebih dari itu, kita harus sadar betul bahwa entrepreneur sejati adalah tidak akan memposisikan berapa besarnya uang sebagai modal usaha. Tapi, kreativitaslah di atas modal uang itu. Waallahu’alam.***

Arda Dinata adalah pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia,
http://www.miqra.blogspot.com.
WWW.ARDADINATA.COM