- / / : 081284826829

Wirausahawan Harus Pahami Konsumen

Oleh: ARDA DINATA



Ada dua faktor yang sangat menentukan dalam terjadinya kegiatan berwirausaha yaitu produsen dan konsumen. Tanpa ada kedua faktor ini, proses berwirausaha tidak akan terjadi. Untuk itu, kedua belah pihak harus memahami posisinya masing-masing secara seimbang.

Dalam hal ini, seorang wirausahawan selaku produsen (penjual) harus sangat memahami perannya sebagai “pelayan” bagi konsumen (pembeli). Ada sebuah ungkapan bahwa, “Customer is the king.” Jika seorang wirausahawan selalu memahami fakta ini, maka dia akan sukses sebagai wirausahawan.

Di sinilah, kelihatannya kehebatan seorang wirausahawan itu. Dalam pribadinya akan terhujam bahwa dalam setiap hambatan itu merupakan (jadi) peluang; ia selalu berusaha mengasah IQ-nya dengan kemampuan mengatasi setiap tantangan; dan ia memiliki mentalitas sang juara sejati.

Aktualisasi dari sikap untuk menggapai kepuasan konsumen itu, maka setiap wirausahawan harus memahami kebutuhan konsumennya. Kebutuhan konsumen didefinisikan sebagai suatu kondisi kesenjangan atau pertentangan yang dialami komsumen, yaitu antara kenyataan yang ada dengan dorongan dalam hatinya. Dalam pengertian lain, dapat diartikan pula sebagai daya pendorong dalam diri konsumen untuk melakukan aktivitas-aktivitas pembelian, agar kepuasan kebutuhannya tercapai.

Bentuk perilaku yang ditimbulkan dari aktivitas transaksi tersebut ada dua kemungkinan. Yakni perilaku konsumen yang kecewa, apabila kebutuhannya tidak terpenuhi dan perilaku konsumen yang puas (gembira), karena kebutuhannya terpenuhi. Yang terakhir ini, kelihatannya yang harus selalu diciptakan oleh para wirausahawan muslim.

Tipologis Kebutuhan


Untuk menggapai kesuksesan berusaha menjual produk yang kita miliki, maka tentunya terlebih dahulu seorang wirausahawan harus memahami kebutuhan-kebutuhan dari para konsumennya.

Dalam memahami kebutuhan konsumen ini, tidak ada salahnya kita belajar memahami dari apa yang pernah diungkapkan oleh dua orang psikolog, yaitu Abraham Maslow dan David McLelland.

Berdasarkan tingkatannya (hierarki), Abraham Maslow mengungkapkan bahwa tipologis kebutuhan individu itu meliputi: (1) Kebutuhan fisiologis. Yakni kebutuhan untuk makan, minum, perlindungan fisik, bernafas, dan seksual. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat sebagai terendah kebutuhan paling besar.

(2) Kebutuhan rasa aman. Yakni kebutuhan akan perlindungan dari ancaman, bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup.

(3) Kebutuhan untuk merasa memiliki. Yakni kebutuhan untuk diterima dalam kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai dan dicintai.

(4) Kebutuhan harga diri. Yakni kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain.

(5) Kebutuhan untuk mengaktualisasi diri. Yakni kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, pengetahuan, dan potensinya. Kebutuhan untuk berpendapat dengan mengemukakan gagasan, memberi penilaian dan kritikan terhadap sesuatu hal.

Lebih lanjut diungkapkan, bahwa kebutuhan tersebut dapat digambarkan seperti bentuk piramida, yaitu kebutuhan yang terpuaskan untuk orang dewasa minimal 85 persen kebutuhan fisiologis, 70 persen kebutuhan rasa aman, 50 persen kebutuhan memiliki dan mencintai, 40 persen kebutuhan harga diri, dan 10 persen kebutuhan aktualisasi diri.

Sementara itu, David McLelland mengungkapkan bahwa ada tiga macam kebutuhan individu, yaitu: Pertama, kebutuhan untuk berprestasi (Need for achievement), merupakan refleksi dari dorongan tanggung jawab terhadap suatu masalah.

Konsumen yang mempunyai kebutuhan untuk berprestasinya tinggi, cenderung berani mengambil risiko. Kebutuhan tersebut yaitu kebutuhan untuk melakukan pembelian yang lebih baik daripada sebelumnya, dan selalu berkeinginan untuk mendapatkan barang serta pelayanan lebih baik.

Kedua, kebutuhan untuk berafiliasi (Need for affiliation), merupakan dorongan untuk berinteraksi dengan individu lainnya. Konsumen yang mempunyai kebutuhan untuk berafiliasinya tinggi, cenderung bersikap ramah, dan senang bergaul dengan produsen (penjual).

Ketiga, kebutuhan untuk kekuasaan (Need for power), merupakan refleksi dari dorongan untuk mencapai pengaruh tertentu. Konsumen yang mempunyai kebutuhan untuk memperoleh kekuasaan yang tinggi, cenderung untuk menguasai/mengendalikan produsen (penjual).

Kepuasaan Konsumen

Dengan memahami adanya kebutuhan diantara individu sebagai calon konsumen dari usaha kita, maka saya yakin anda dapat merencanakan usaha apapun secara tepat. Berkait dengan usaha menggapai kepuasan konsumen ini, yang perlu diperhatikan dalam memulai berusaha antara lain adalah menyangkut produk yang kita pasarkan haruslah halal; menentukan strategi penentuan harga; promosi yang tidak berbohong; dan memperhatikan tempat atau proses distribusi produk yang dipasarkan. Syarat ini, biasanya untuk jenis usaha yang berupa barang.

Sedangkan untuk usaha jasa, maka yang harus diperhatikan diantaranya adalah sangat tergantung pada manusia/ pengelola jasa tersebut. Selanjutnya yang tidak kalah pentingnya adalah proses dari pembuatan jasanya itu sendiri, dan penampilan tempat serta orangnya.

Dalam bahasa lain menurut Aa Gym, kiat sukses berwirausaha itu adalah bagimu limamu.Yakni jaga mutu, murah, mudah, mutakhir dan multi manfaat. Wallahu’alam.***

Arda Dinata adalah pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, http://www.miqra.blogspot.com.
WWW.ARDADINATA.COM